Daisypath Vacation tickers

Monday, November 3, 2014

Pesan untuk Anak


Setelah dengan susah payah ibu mendidik dan membimbing anaknya, terkadang hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Tidak sedikit anak-anak yang mendurhakai ibu justru setelah berhasil meraih sukses. Ketika orang tua merasa sudah benar-benar mendidik sang anak, sementara anak masih mendurhakainya dan selalu membuat sengsara dan membawa bencana.

Perhatikanlah hal-hal yang menyangkut ibu. Allah akan menimpakan laknat kepada siapa saja yang mendurhakai ibu, tidak hanya di akhirat, juga sejak dunia. Ia mengandung kita untuk jangka waktu kurang lebih sembilan bulan dalam kandungannya, dan tak ada orang lain yang dapat melakukannya (selain seorang ibu). Ia menunjukkan cintanya kepada kita, tak ada orang lain yang dapat melakukannya. Ia melindungi kita dengan seluruh kemampuannya, memberi makan kita sedangkan ia sendiri lapar, memberi kita minum sedangkan ia sendiri kehausan, memberi kita pakaian. Jika salah satu atau kedua orang tua kita mencapai usia tua, tidak sabar, dan begitu lemah sehingga meresahkan kita, maka janganlah mengatakan hal sekecil apapun yang dapat menyakiti mereka, jangan meninggikan suara kita meskipun mereka memukul kita. Berbicaralah dengan santun kepada mereka dengan hanya menggunakan kata-kata mulia. Jika mereka mencoba memukul kita lagi, katakanlah kepada mereka,"Semoga Allah mengampuni kalian berdua." Ini adalah kata-kata mulia. Rendahkanlah diri kita kepada kedua orang tua, pandanglah mereka dengan penuh kasih sayang, senantiasa menghormati mereka, tidak rela berjalan di depan mereka. Doakanlah mereka agar mereka menerima curahan rahmat Allah karena mereka telah mengasuh kita dari kecil hingga kini, dan ia tidak peduli dengan kondisi pakaiannya sendiri. Ia merasakan udara panas, namun ia melindungi kita dari panas. Ia tetap mengawasi kita di malam hari, dan melindungi kita pada setiap keadaan agar ia mungkin memiliki seorang anak seperti kita. Kita tidak mungkin mampu berterima kasih padanya untuk semua yang telah ia lakukan jika Allah tidak menolong kita. (Husyan Ansarian, 2002)

Saturday, November 1, 2014

Merekatkan Gading yang Retak


Tak ada gading yang tak retak. Selama kita masih seorang manusia, kesalahan, kelalaian, kekhilafan, selalu saja menyertai. Akan tetapi, keretakan pada gading, sangat biasa untuk kita rekatkan, sehingga gading kita, setahap demi setahap, akan menjadi gading yang sempurna.

Manusia yang baik adalah yang mampu memberikan kritik kepada diri sendiri (bahkan) sebelum orang lain menyadari bahwa kita ternyata melakukan kesalahan. Bukan justru senantiasa melegitimasi diri sendiri, menjustifikasi apa yang kita lakukan (meskipun salah) sebagai sebuah kebenaran jika kita memang bersalah dan menyadarinya, maka hal tersebut telah sukses menempatkan diri kita sebagai pembohong. Sementara jika ternyata kita tak menyadarinya, maka kita telah terjebak pada kebutaan mata hati.

Ada kalanya kita harus merenung, menyendiri, dan dalam kesendirian itu, kita memasang slide dan proyektor batin kita. Kita tayangkan film yang telah tersimpan di dalam memori kita, kita tonton film kita, dan kita posisikan diri kita sebagai peran utamanya. Segala aktivitas kita pun akan masuk dalam proses analisis kita. Berbesar hatilah untuk mau mengakui kelemahan-kelemahan yang kita miliki, dan merendahlah jika ternyata kita memang telah mampu menggoreskan sebuah prestasi. Karena semua itu tak akan lepas dari ijin Allah, kemudian juga peran orang-orang yang ada di sekitar kita.