Daisypath Vacation tickers

Tuesday, February 28, 2012

Saat Hati Menjerit Bukan lagi Berkata


Hati...
satu kata penuh peran
perasaan pun yang mengerti hanya hati
tentang perasaan meski luka hadir dan itu tak berarti untuk tulusnya perasaan,
setulus putih melekat pada salju
saat gelisah, hanya sabar yang harus menjadi obat
saat sedih, hanya sabar yang harus menjadi obat
saat marah, hanya sabar yang harus menjadi obat
saat rindu, hanya sabar yang harus menjadi obat
saat cinta pun, hanya sabar yang harus menjadi obat
Lalu apa obat untuk sabar itu sendiri ?
"kuat bertahan demi... ( Innama Amruhu Idza Arada Sya'ian An Yaqula Lahu Kun Fayakun )"
mereka tak mengenal lelah untuk berjuang dan berdoa meski melawan arus
dan itu semua tetap terasa indah

Sunday, February 26, 2012

Mendengar Bisikan Hati


Kegelisahan yang kita alami, sebenarnya bisa diatasi dengan mendengarkan kata hati. Namun, sayangnya seringkali kita sendiri tidak tahu suara hati kita itu. Inilah yang menyebabkan kita senantiasa gelisah. Karena suara hati kita tertutupi kotoran dari berbagai dosa. Misalnya sombong, dengki, dendam, curiga, menganggap remeh orang lain, merasa lebih hebat, dan sejenisnya. "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami"

Sesungguhnya segala sesuatu ada pembersihnya, ada pengilatnya, ada sikatnya. Pembersih hati yang kotor, sikat hati yang bernoda, pengilat hati yang berdosa : dzikrullah. Maka setiap lafad dzikir membersihkan kotoran, dosa, noda yang kita perbuat. Begitu kotoran diangkat, tampaklah adanya cahaya di dalam.

Setiap saat kita harus menjaga hati dan selalu membersihkannya. Dengan demikian, hati akan selalu jernih dan tidak terkontaminasi dengan hal-hal berbau kotor. Menjaga kesucian hati agar selalu disinari dan tentunya kita meyakinkan diri untuk tenang ketika menghadapi segala sesuatu yang meresahkan. "Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya"

Saturday, February 25, 2012

Rahasia Memiliki


Mencintai kehidupan ternyata jalan terdekat menuju kebahagiaan. Kebahagiaan hampir dapat disejajarkan dengan ketegaran, kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan saat menghadapi berbagai cobaan hidup yang begitu berat. Kita harus belajar bahwa sumbangan terbesar yang dapat diberikan kepada dunia adalah hidup secara jujur, dengan integritas, dan berdamai dengan diri sendiri.

Bagaimana kita menjalaninya ?

(*) Dengan menyadari bahwa kita tidak dapat mengontrol semua kenyataan dalam hidup, tetapi hanya dapat mengontrol sikap kita dalam menghadapi kenyataan-kenyataan itu. "Segala sesuatu boleh dirampas dari seseorang keuali satu hal, yaitu kebebasan manusia untuk memilih sikap dalam segala situasi, untuk memilih caranya sendiri."

(*) "Menemukan posisi yang nyaman" bukanlah tentang menemukan lokasi geografis kamu yang tepat, melainkan menemukan pekerjaan dan ekspresi diri yang tepat untuk kemampuan kreatifmu.

(*) Merawat tubuh, pikiran, dan semangat sehingga kita dapat menyumbangkan keutuhan untuk hubungan kita dan dalam setiap hal yang kita kerjakan serta memikul tanggung jawab diri sendiri.

(*) "Satu-satunya cara keluar dari rasa takut itu adalah dengan merasakannya." Namun, semua pelajaran hidup ini menawarkan berbagai sarana untuk membantu kita menghadapi berbagai rasa cemas, masalah, dan kekhawatiran seperti rasa percaya terhadap diri sendiri, persoalan di hati, kepasrahan, dan kehadiran kita.

(*) Sebagian besar kita merasa sudah jujur, namun seringkali kita mengalahkan suara-suara di dalam diri dan kebutuhan kita sendiri demi suara-suara dan kebutuhan orang lain.

(*) Dunia sebagai cermin kita dan bagaimana setiap orang, dan setiap peristiwa yang datang dalam kehidupan kita adalah kesempatan untuk menemukan diri sendiri.

(*) Tiap pelajaran hidup diikuti oleh kisah yang mengungkapkan intisari pelajaran itu. Di akhir tiap kisah terdapat bagian yang dapat kamu gunakan untuk mengambil jeda dan merenung, memikirkan bagaimana pelajaran hidup itu sejalan dengan kehidupanmu dan, dalam beberapa hal kamu dapat melakukan sesuatu untuk memasukkan pelajaran itu ke dalam kehidupanmu secara lebih mendalam.

(*) Meski masih meragukan bahwa setiap orang itu "bahagia" sepanjang waktu, kemampuan untuk menerima situasi pasang surut kehidupan memberikan bekal untuk merasakan harmoni dan ketenteraman di dalam batin.

Dan ketika kamu telah mencapainya, rahasia memiliki segala sesuatu itu adalah mencintai segala sesuatu.

Sifat-Sifat Bintang


Apa saja sifat-sifat bintang ? Kamu pasti punya jawaban sendiri-sendiri. Akan tetapi, setidaknya kita memiliki kesepakatan dalam beberapa hal. Pertama, ia merupakan sumber cahaya. Sumber energi. Energi inilah yang atas ijin Sang Pencipta akan menjadi sumber kehidupan makhluk-makhluk yang ada dalam orbit pancarannya. Bayangkan jika bumi tidak mendapatkan pancaran sinar matahari ? Tumbuhan tidak akan mampu berfotosintesis. Hewan dan manusia sebagai konsumen, tidak akan mampu hidup jika tidak ada produsen yang memproduksi zat tepung dan oksigen. Siklus oksigen sebagai zat yang sangat berperan penting dalam proses fisiologi manusia juga akan porak-poranda. Belum lagi ketiadaan panas yang membuat bumi menjadi beku. Konyol sekali jika kita membayangkan setiap hari harus bergulung di dalam selimut tebal. Paling-paling yang akan mendapat untung besar-besaran adalah pabrik selimut. Namun dalam waktu yang singkat, pabrik itu pun akan bangkrut karena perkebunan kapas mengalami gagal panen. Pohon kapasnya ngambek, tak mau tumbuh, karena tidak mendapatkan sinar matahari.

Seseorang yang memiliki sifat 'bintang', dia adalah seorang trendsetter, dan bukannya follower yang selalu me too. Dia akan menciptakan inovasi-inovasi, hal-hal baru yang mampu membuat perubahan. Dia akan malu jika hanya menjadi pengekor. Dia adalah seorang inspirator, penggerak, pemimpin, pencetus ide-ide briliyan. Dia mampu melakukan hal tersebut, karena dia memiliki konsep diri yang mapan. Dia mungkin hanya orang biasa seperti kita. Akan tetapi dalam setiap diri orang 'biasa' sebenarnya dia juga memiliki hal-hal yang 'luar biasa'. Tinggal seseorang itu mampu menemukan, mengasah, dan mengoptimalkan keluarbiasaannya tersebut ataukah justru menguburnya dalam-dalam ?

Beginilah Seharusnya Hidup


Seekor kucing yang malang. Begitu ia membuka matanya, melihat dunia untuk pertama kalinya, ia sudah hidup sebatang kara. Sang induk tidak berada di sampingnya. Entah perg ke mana. Namun, anak kucing ini tidak lantas menyerah. Dengan gigih ia mencari sang induk. Ia tidak tahu rupa induknya, apakah sama rupanya dengan dirinya ? ataukah memiliki rupa yang lain ? Sejak itu, ia pergi mengembara. Mencari jati dirinya dan juga induknya. Di dalam pengembaraannya, anak kucing ini banyak menemui tantangan. Tapi, berbekal keyakinan dan kesabaran, ia mampu menaklukkan itu semua. Keprihatinan tidak lantas membuatnya patah arang, ia begitu bersemangat. Malam merayap pelan. Sejenak, anak kucing beristirahat. Perutnya tidak kelaparan, karena tadi siang ia menemukan makanan. Malam sedang purnama, anak kucing tidak dapat memejamkan mata. Matanya menerawang rembulan yang tersenyum manis padanya.

"Apakah rembulan itu indukku ?"

Anak kucing begitu mengagumi rembulan. Cahayanya begitu terang menyinari gelapnya malam. Tidak lama kekecewaan menyergapnya. Sang bulan tertutup segerombolan awan. Kekagumannya kini beralih ke awan.

"Duhai, perkasa sekali awan ini. Mereka mampu mengalahkan bulan yang bercahaya terang. Ingin sekali aku jadi bagian dari mereka."

Belum puas anak kucing memuji-muji awan, matanya kembali terbelalak. Gumpalan awan tersebut kocar-kacir tertiup angin. Kembali ia menelan kekecewaan.

"Apa jadinya aku jika jadi bagian dari awan itu ? tentu aku akan hancur tanpa rupa."

Anak kucing beralih kagum kepada angin. Ia kemudian berangan-angan untuk terbang bersama angin. Terbang jauh meninggalkan nasibnya yang kini tak menentu. Akan tetapi, kekagumannya terhadap angin yang mampu memorak-morandakan awan, seketika itu juga sirna. Disaksikannya bukit yang tetap menjulang kokoh meski diterpa angin. Penyesalan pun datang. Ia lalu menaiki bukit itu.

"Alangkah kokoh bukit ini. Kalau aku memiliki tubuh sekuat dan sekokoh ini, tentu aku akan menjadi makhluk paling kuat di dunia."

Anak kucing yang tengah larut dalam lamunannya terkejut. Dari satu arah, terdengar derap lari binatang-binatang besar. Benar saja, dari kejauhan terlihat beberapa ekor kerbau lari ke arah bukit. Jumlah mereka mencapai sepuluh ekor. Namun, sampai di atas bukit mereka ambruk. Ambruk karena secara bersamaan mereka terjatuh, terperosok. Menyebabkan bukit itu rengkah-rengkah tanahnya. Anak kucing ternganga.

"Kerbau yang terikat ini mampu menghancurkan bukit, apalagi jika mereka tidak terikat"

Namun, baru saja anak kucing ingin mengalihkan kekagumannya paa kerbau, kekecewaan telah lebih dulu menyerangnya. Kerbau-kerbau tersebut tidak mampu melepaskan diri dari jeratan tali yang mengikat mereka. Mereka terjerat hingga tak bisa bangun. Anak kucing merasa terkejut ketika perlahan-lahan mereka mampu bangkit. Mereka bangkit karena tali yang mengekang mereka berhasil putus. Akan tetapi, kekaguman anak kucing tidak lantas kembali pada kerbau. Ia kini mengagumi seekor tikus. Ya, binatang pengerat itulah yang melepaskan beberapa ekor kerbau yang sedang terikat. Dengan giginya yang tajam, tikus itu sedikit demi sedikit menggigit tali hingga putus. Anak kucing tersenyum riang. Ia kagum dengan ketangkasan dan kemampuan tikus, meski ia bertubuh kecil. Akan tetapi, kembali menelan kekecewaan. Tikus itu diterkam sesosok binatang. Setelah diperhatikan anak kucing, binatang itu memiliki rupa yang mirip dengannya. Binatang itu lama menatap anak kucing dengan tikus berada di mulutnya. Anak kucing menggigil ketakutan, takut diterkam juga. Tiba-tiba, binatang itu mengeong. Anak kucing juga mengeong.

"Inikah ibuku ?"

Serta-merta, tanpa diduga anak kucing sebelumnya, binatang yang mirip dengannya itu merangkulnya. Kini mengertilah ia, bahwa binatang itu adalah ibunya. Anak kucing itu kagum pada ibunya. Tentu saja kagum terhadap dirinya sendiri. Pengembaraannya telah membuahkan hasil. Kini ia telah berkumpul bersama ibunya.